Pendidikan Kepramukaan Sebagai Wahana Pembentukan Jiwa Nasionalisme di Era Global
Saat ini wajah dunia
sudah berubah, perubahan yang terjadi kini ditandai dengan mulainya era
globalisasi dan modernisasi disegala bidang. Modernisasi kini telah masuk dan
menjadi bagian dari hidup manusia, mulai dari bangun tidur hingga tertidur
kembali. Modernisasi ditandai oleh kemajuan perkembangan teknologi dan pesatnya
arus informasi tanpa batas yang menghubungkan seluruh belahan dunia bahkan
seluruh masyarakat antar negara. Hingga saat ini, beragam perusahaan jasa
teknologi saling berlomba untuk menciptakan aplikasi media sosial yang
memberikan kemudahan berkomunikasi dan mencari juga berbagi informasi tanpa
batas, seperti yang kita ketahui media sosial yang mayoritas digunakan seperti
facebook, twitter, instagram.
Kemudahan yang
diberikan akibat kemajuan teknologi informasi memberikan dampak yang kompleks
terhadap perubahan tatanan masyarakat. Saat ini, peran media massa dalam
aktivitas sehari-hari seakan sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia. Beragam trend kekinian muncul dan mempengaruhi gaya hidup
masyarakat selaku pengguna media sosial terutama para generasi muda yang masih
sangat rentan untuk terpengaruh hal baru didunia yang baru mereka kenal. Contoh
trend yang berkembang dalam dunia sosial seperti trend meniru gaya
K-Pop, trend J-Pop dan lainnya yang hampir semua trend tersebut
merupakan kecintaan yang ditampakkan terhadap budaya luar dan mengesampingkan
budaya sendiri.
Memang tidak ada
yang salah jika hanya sebatas minat kesukaan terhadap hal yang asing dan baru
sebagai bentuk apresiasi. Namun, yang dikhawatirkan adalah akan berdampak
terhadap lunturnya nilai-nilai ke-Indonesiaan dalam diri setiap generasi muda
yang tidak memiliki filter wawasan nusantara ataupun jiwa cinta tanah air yang
dipupuk sejak dini. Karena, pemuda sebagai generasi penerus bangsa merupakan
tonggak harapan estafeta kehidupan dan pembangunan negara dimasa yang akan
datang. Jika identitas dan sejarah bangsa di tinggalkan bahkan di lupakan maka
bagaimana nasib pembangunan Indonesia kedepan?. Oleh karena itu, kecendrungan
terhadap dampak buruk yang ditimbulkan teknologi informasi yang mengarah kepada
generasi muda harus disikapi secara serius terutama oleh para pegiat
pendidikan.
Agenda pemupukan wawasan kebangsaan
dan cinta tanah air harus mulai digalakkan sejak dini dalam proses pendidikan.
Bahkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar, peserta didik harus sudah mulai
dikuatkan mengenai pengajaran-pengajaran yang mengarah kepada pembentukan jiwa
nasionalisme. Jiwa nasionalisme yang dipupuk bukan hanya sebatas terhadap
pemahaman kognitif mengenai seberapa faham seorang peserta didik mengetahui
seluk-beluk bangsa dan negara, akan tetapi lebih penting dari hal itu adalah
pembentukan karakter kepribadian yang berfikir, bertindak dilandasi dengan
nilai-nilai identitas sebagai bangsa Indonesia. Namun, kegiatan pembelajaran
dikelas di rasa tidak cukup karena fokus dikelas hanya mengajarkan pada ranah
kognitif, dibutuhkan sebuah wahana pendidikan yang kompleks dan menarik minat
siswa untuk belajar secara nyata mengenai pembentukan jiwa nasionalisme, yaitu
melalui pendidikan kepramukaan.
Kegiatan kepramukaan dilaksanakan
dengan menggunakan sistem among, dimana prinsip yang digunakan dalam sistem ini
mengadopsi sistem pendidikan yang baik yang diajarkan bapak pendidikan
Indonesia, Ki Hajar Dewantara yakni; ing ngarsa sung tulada (didepan
memberi teladan), ing madya mangun karsa (ditengah membangun kemauan), dan
tut wuri handayani (dibelakang memberi dorongan). Melalui sistem ini, para
siswa dituntut agar lebih mandiri, kreativ, dan berkepribadian tangguh juga
berjiwa merdeka. Namun, pendidikan kepramukaan juga dikemas secara interaktif
dan menyenangkan, tidak terkesan mengekang atau membosankan.
Kegiatan nyata dari pendidikan
kepramukaan dalam upaya membentuk kepribadian yang cinta tanah air atau memupuk
jiwa semangat nasionalisme ialah melalui perkemahan. Didalam kegiatan
perkemahan bukan hanya sekadar mendirikan tenda dan menyalakan api unggun,
lebih daripada itu terdapat nilai sosial yang tinggi seperti nilai-nilai
kebersamaan, gotong royong, dan yang terpenting nilai menghargai perbedaan.
Karena, sejatinya untuk mengerti dan mencintai Indonesia haruslah memahami
bahwa negeri ini merupakan negeri yang beragam, terdapat banyak suku bangsa,
bahasa dari sabang sampai merauke yang berbeda. Namun, perbedaan yang ada bukan
menjadi hambatan , akan tetapi menjadi kekayaan tersendiri bahwa inilai
Indonesia dengan spirit nasionalisme mampu bersatu dan bekerja sama membangun
bangsa demi tercapai cita-cita negara yang telah dirumuskan para pendiri bangsa
semenjak kemerdekaan dahulu.
Pada kegiatan perkemahan juga
terdapat upacara/apel yang didalamnya selalu disematkan nilai-nilai
kedisiplinan dan ikrar pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
Bahkan, ketika prosesi penurunan bendera merah putih disore hari, ketika
bendera diturunkan semua warga perkemahan dengan kesadarannya menghentikan
segala aktivitasnya untuk memberikan hormat kebanggaan mengiringi turunnya
bendera merah putih. Nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme inilah yang
dibutuhkan oleh generasi muda penerus bangsa agar dalam setiap dirinya terpupuk
jiwa identitas Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai pancasila dan semangat
nasionalisme. Pendidikan kepramukaan diharapkan menjadi alternatif solusi
sebuah sistem pendidikan ekstrakurikuler yang interaktif dan menyenangkan dalam
mempersiapkan generasi muda yang tangguh, jujur, kreatif, dan memiliki semangat
jiwa nasionalisme yang kuat.
Nama : Melia Livita Elvara
NIM : 2227160027
kelas : 3B PGSD
Komentar
Posting Komentar